10 Oktober 2009
World Mental Health Day (WMHD) / Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2009
- gak berantem buat hal-hal yg gk penting (klo lagi pengen ke pesta pake baju ijo, tapi ma nyokap disuruh matching-in dengan baju beliau yg berwarna orange, ya ngalah aja, pake baju ijo plus celana orange.. atur ajah..anggap aja lagi jadi jeruk yang digabungin ma daun! :D)
- jadi pendengar yang baik (klo lg belanja di pasar, jangan ngotot nawarnya, dengerin dulu penawaran si penjual, sapa tau lebih rendah dari harga yang kita mauin ^_^)
- tetep bisa menikmati kebahagiaan dengan hal yang ada, here and now.. (klo blum bisa beli BMW seri terbaru > browse gambar mobil itu di internet > gabungin dengan foto halaman rumah kita pake Corel ato Photoshop > save as wallpaper di HP kompie yang biasa kita pake > nikmati sensasi naruh mobil itu di halaman rumah kita > bersyukurlah..)
- menghasilkan sesuatu yg serius dg cara yg enjoyable (kaya yg gw lakukan tadi pagi: browse gambar makhluk-makhluk yg lagi menguap di internet, gw gabung2in, ketawa-ketiwi liat ekspresinya yg lucu-lucu, trus menghasilkan kesimpulan ilmiah : "ternyata menguap membutuhkan effort yang gede dan koordinasi yang kompleks dari berbagai otot wajah, jadi gk ada makhluk yang sempat jaim klo lagi menguap")
Let's find happy spots in life to preserve our mental health!Cape deehh...
Kadang orang bilang "Cape deeeh...!" dengan gesture seperti di gambar ini.
Seringnya, ungkapan itu muncul sebagai tanda putus asa klo sedang mentok dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Ternyata emang kudu telaten klo mo berkomunikasi dg baik dan benar ya.. Kita suka nyalahin orang klo mereka gk ngerti apa yg kita omongin ato mauin, kita nggap mereka lemot, selfish, dll.. Padahal sebenernya kita juga kudu ngeliat ke dalam diri sendiri, apa iya kita udah 'ngomong' dengan bener. Bukan cuma vocab n grammarnya, tapi juga non verbal-nya..
Pasti lawan bicara kita ilfil klo kita ajak ngomong sambil SMS-an ma orang laen,
nguap, dengerin musik dari earphone, ato - yg ini ekstrem - pergi ninggalin dia! :D
So... let's look deeper into ourselves, Guys!
20 Januari 2009
Ibuku, Inspirasiku
Saat ini aku telah merampungkan pendidikan untuk menjadi seorang psikiater. Arah inipun kutempuh setelah merenungkan tauladan ibuku. Tak pernah lekang dari ingatanku, saat-saat menakjubkan di mana beliau menunjukkan perhatiannya yang tak membeda-bedakan ummat Tuhan. Seorang wanita gelandangan pengidap gangguan jiwa (yang biasanya kita sebut “orang gila”) setiap hari berkunjung ke rumah kami hanya untuk sekedar minum kopi dan mengobrol dengan ibuku. Walaupun obrolan itu kadang menggelikan, namun ibuku berbuat seolah-olah hal tersebut bukan sesuatu yang aneh. Tak ada orang lain di lingkungan kami yang sudi membuang waktu untuk menyapa wanita tersebut. Mereka bahkan menasihati ibuku untuk menjaga jarak dengan wanita tersebut. Namun langkah beliau tak surut. Ditunjukkannya kepada dunia bahwa orang-orang semacam itupun membutuhkan hati kita, dan bila kita memberikannya dengan ikhlas maka mereka akan membalasnya dengan kasih, sebagaimana kodrat manusia lain. Butuh waktu yang cukup lama sebelum akhirnya semua orang di lingkungan kami memercayai pendapat ibuku tersebut. Dan rentang waktu tersebutlah yang memberikan inspirasi terbesar bagiku untuk menetapkan langkah : memilih spesialisasi ilmu kedokteran jiwa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan seluruh ummatnya. Sejauh ini aku merasa pilihan tersebut sangat tepat bagiku, dan aku sangat bersyukur untuk itu.
Sejak setahun yang lalu kedua indera penglihatan ibuku tak lagi dapat berfungsi karena diabetes mellitus yang diidapnya, namun ia tetaplah seorang guru yang mengagumkan bagiku. Cintanya bagi sesama tetap mengalir dari senyum dan semangat yang dipancarkannya ke sekitar. Dan itu pula yang diterimanya sebagai balasan : cinta dan rasa terima kasih dari orang-orang yang telah menerima pelajarannya.
Terima kasih Bu, untuk semua benih kebaikan yang telah kau semaikan di dalam hidupku..